Cara Uji Inaktivasi Virus


Uji  inaktifasi  bertujuan  untuk  menguji  masih aktif  atau tidaknya virus yang terdapat pada  bulk virus yang telah diinaktifasi (dimatikan). Pengujian inaktifasi bulk virus dilakukan dengan cara bulk virus disuntikan pada telur ayam SPF bertunas umur 9-11 hari dan diulang sampai 2 atau 3 kali pasase. Telur SPF adalah telur yang berasal dari induk ayam yang tidak mempunyai kekebalan tubuh sehingga telur yang dihasilkan  tidak mempunyai antibodi. Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam pengujian inaktifasi diantaranya :

Alat :

  • Biosafety Cabinet (BSC)
  • Vortex
  • Tabung gelas steril
  • Pembolong Telur
  • 1 buah spiut disposibel vol. 1 ml
  • Candler (alat peneropong telur)
  • Semprotan alkohol 70%
  • Gunting
  • Plate kaca
  • Pensil

Bahan

Prosedur

Bulk virus ND, AI, IB dan IBD

  • Lap area kerja BSC dengan kapas beralkohol 70%
  • Candling telur untuk mengetahui posisi embrio, rongga udara dan beri tanda dengan pensil
  • Oleskan  kapas alkohol 70% pada area rongga udara,lubangi telur  + 3 mm diatas batas rongga udara
  • Inokulasikan bulk virus ke dalam 10 butir telur ayam SPF bertunas umur 9 - 11 hari, masing-masing dengan 0.2 ml, route intra allantoic.
  • Tutup bekas inokulasi dengan silicon
  • Inkubasikan selama 6 hari atau 7 hari dan observasi setiap hari, telur yang mati 24 jam post inokulasi dibuang.  telur  yang  mati  sesudah  48  jam  disimpan (chilling) di  4oC
  • Pada akhir observasi masing-masing telur di inokulasikan (pasase) lagi ke dalam telur ayam SPF umur 9 - 11 hari.
  • Pasase dilakukan sebanyak 3 kali.
  • Pada setiap pasase dilakukan penilaian (judgement)

Bulk Virus EDS

  • Lap area kerja BSC dengan kapas beralkohol 70%
  • Sediakan test tube ulir steril.
  • Buat pengenceran 8x (1:7) dari sampel bulk virus EDS dengan PBS steril.
  • Homogenkan dengan vortex.
  • Candling telur untuk mengetahui posisi embrio, rongga udara dan beri tanda dengan pensil
  • Oleskan kapas alkohol 70% pada area rongga udara, beri lubang + 3 mm diatas batas rongga udara
  • Ke dalam 10 butir telur bebek tertunas umur 10 hari, masing-masing inokulasi dengan 0.2 ml bulk vaksin, intra allantoic.
  • Tutup bekas inoculasi dengan silicon
  • Inkubasikan selama 6 hari atau 7 hari dan observasi setiap hari, telur yang mati 24 jam post inokulasi dibuang. telur yang mati sesudah 48 jam disimpan (chilling) pada 4oC, selama minimal 6 jam
  • Pada akhir observasi, masing-masing telur di inokulasikan (pasase) lagi ke dalam telur bebek umur 10 hari .
  • Pasase dilakukan sebanyak 3 kali.
  • Pada setiap pasase dilakukan penilaian (judgement)

Penilaian (judgement)

Bulk ND AI dan EDS  : fluida allantois dicampur dengan RBC 10%  (1:1), homogenkan, kemudian diamati sambil menggoyang-goyangkan plate kaca sehimgga terbentuk agglutinasi atau tidak, jika positif akan terjadi agglutinasi
Antigen dinyatakan inkatif apabila tidak terjadi agglutinasi dari passase 1 sampai dengan passase 3

Bulk virus IB : embrio diamati perubahan Pathologi Anatomi (PA) , embrio positif  IB adalah, kurling, kerdil,  bulu pendek dan jarang, hati berwarna hijau
PA IBV
Antigen dinyatakan inkatif apabila tidak ada perbahan embrio (PA) pada embrio mulai dari passase 1 sampai dengan passase 3

Bulk virusIBD : embrio diamati perubahan Pathologi Anatomi (PA) , embrio positif  IBD adalah, kerdil, haemoragis, bulu pendek dan jarang 
PA IBD-V

Bulk virus  yang memenuhi syarat untuk dibuat vaksin apabila sampai  pasase ke 3 hasilnya inaktif (tidak perubahan anatomi pada embrio)

Pustaka

Farmakope Obat Hewan Indonesia Jilid I (sediaan Biologik) edisi 3 tahun 2007. Direktorat Jendral Pertenakan Departemen Pertanian Republik Indonesia


Semoga Bermanfaat .......

No comments:

Post a Comment