Showing posts with label Quality Control. Show all posts
Showing posts with label Quality Control. Show all posts

Uji Tantang Vaksin ND Kill dan Aktif

Uji Tantang adalah salah satu syarat yang harus dilakukan sebelum vaksin Newcastle Disease (ND) dipasarkann, Hewan target yang digunakan dalam uji tantang ini menggunakan ayam SPF (Specific Pathogen Free). Tujuan uji tantang adalah untuk mengukur protektifitas vaksin tersbut terhadap seed virus tantang ND, adapun stndar pengujiannya  mengacu pada Farmakope Obat Hewan Indonesia (FOHI)
PA ND, Pathologi Anatomi virus ND

1. Uji Potensi Vaksin ND aktif

  • Ayam yang dipergunakan untuk uji petensi Vaksin ND Aktif  berumur 30-35 hari sebanyak 20 ekor yang di bagi menjadi 2 kelopok masing-masing 10ekor sebagai kelompok vaksinasi dan 10 ekor lainnya sebagai kelompok kontrol.Kelompok vaksinasi di suntik/vaksin dengan 1 dosis/ekor dengan tetes mata/hidung. Cara membuat 1 dosis vaksin ND aktif silahkan baca artikel "Cara Uji Kandungan Virus ND dengan Telur Berembrio" point pengenceran virus. Dan cara membuat larutan PBS silahkan baca artikel "Prosedur Pembuatan PBS"
  • Pengamatan dilakukan selama 14 hari post vaksinasi

2. Uji Potensi Vaksin ND Inaktif

  • Ayam yang dipergunakan untuk uji petensi ND Kill berumur 30-35 hari sebanyak 20 ekor yang di bagi menjadi 2 kelopok masing-masing 10ekor sebagai kelompok vaksinasi dan 10 ekor lainnya sebagai kelompok kontrol.
  • Kelompok vaksinasi di suntik/vaksin dengan 1 dosis/ekor vaksin ND Inaktif melalui intramuskuler.
  • Ayam kelompok kontrol tidak divaksin..
  • Observasi setiap hari dan catat di form uji potensi, pengamatan selama 14 hari

3. Uji Tantang


  • Sebelum ayam di uji tantang terlebih dahulu diambil darahnya untuk mengecek titer antibodi. 
  • Mengukur titer antibodi silahkan baca artikel "Cara Mengukur Titer Antibdi dengan Metode HI" 
  • Pengambilan darah pada ayam silahkan baca artikel "Teknik Pengambilan darah pada Hewan"
  • Empat belas  hari setelah vaksinasi, semua ayam dari kelmpok vaksinasi dan kelompok kontrol ditantang dengan  virus tantang (ND-SATO) melalui intramuskuler dengan kandungan virus 104.0 CLD50 atau 105.0 EID50. Cara menguji kandungan virus silahkan baca artikel "Cara menguji Kandungan Virus ND"
  • Catat semua gejala yang teramati pada form uji potensi ND.
  • Pengamatan dilakukan selama 14 hari.
  • Vaksin memenuhi syarat apabila selama pengamatan (post uji tantang) minimum 90% ayam dari kelompok vaksinasi hidup tanpa ada  gejala penyakit ND dan 100% ayam kontrol mati
  • Ayam dengan titer antibodi minimal 24 memberikan hasil protektif.

3. Daftar Fustaka

  • Farmakope Obat Hewan Indonesia (FOHI) tahun 2013
  • The World Organization for Animal Health (OIE)
Semoga bermanfaat........ Silahkan disahre

Uji Tantang dan Serum Neutralisasi Test Vaksin IB

virus Infectious Bronchitis pada embrio, IB, Virus IB
PA Virus IB 
Untuk mengukur protektifitas vaksin Infectious Bronchitis (IB) selain uji tantang bisa juga dengan uji Serum Neutralisasi, yaitu virus IB dinetralisasi dengan serum antibodi IB hasil vaksinasi, kemudian di inokulasikan ke telur ayam SPF (Specific Pathogen Free). Pengambilan darah dan pemisahan serumnya dilakukan dengan cara aseptik/steril 

1. Vaksinasi vaksin IB aktif

  • Ayam yang dipergunakan untuk uji petensi IB berumur 4 hari sebanyak 20 ekor yang di bagi menjadi 2 kelopok masing-masing 10 ekor sebagai kelompok vaksinasi dan 10 ekor lainnya sebagai kelompok kontrol.
  • Kelompok vaksinasi di suntik/vaksin dengan 1 dosis/ekor melalui tets mata/hidung, cara membuat 1 dosis vaksin silahkan baca artikel "Cara Uji Kandungan Virus IB (Infectious Bronchitis) dengan Telur Berembrio" point pengenceran virus.
  • Pengamatan dilakukan selama 3 minggu post vaksinasi
2. Vaksinasi Vaksin IB Inaktif
  • Ayam yang dipergunakan untuk uji petensi IB berumur 30-35 hari sebanyak 20 ekor yang di bagi menjadi 2 kelopok masing-masing 10ekor sebagai kelompok vaksinasi dan 10 ekor lainnya sebagai kelompok kontrol.
  • Kelompok vaksinasi di suntik/vaksin dengan 1 dosis/ekor.
  • Lakukan vaksinasi ke dua (Booster) 2 minggu post vaksinasi pertama.
  • Pengamatan post vaksinasi ke 2 selama 14 hari.

3. Bleeding dan Inatifasi serum

  • Pada akhir pengamatan ayam kelompok vaksinasi maupun kelompok kontrol diambil darah secara aseptik/steril, Prosedur pengambilan darah silahkan baca artikel "Teknik Pengambilan darah pada Hewan"
  • Untuk mengeluarkan serum dari darah dengan cara diinkubasi di suhu  37oC selama 1 jam atau dengan cara di sentrifus 2500 rpm 5 menit.
  • Pisah serum secara aseptik/steril dan masukan pada tabung glass.cryogenic tube, kemudain masing-masing serum dipool dengan proporsional
  • Inaktifasi serum di penangas air (waterbath) dengan suhu 56oC selama 30 menit

4. Uji Tantang

  • Tiga minggu pasca vaksinasi untuk vaskin IB aktif dan 2 minggu vaksinasi ke 2 untuk vaksin IB Inaktif  baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan ditantang dengan virus IB M-41 dengan kandungan virus 106.5 intra ocular atau intra tracheal.
  • 4-7 hari pasca tantang dilakukan tracheal swab
  • Inokulasikan tracheal swab ke allantoic sac dari telur ayam SPF berembrio
  • Inkubasi telur selama 7 hari
  • Vaksin dinyatakan memenuhi syarat jika tidak kurang dari 80% ayam yang divaksin tidak menunjukkan adanya ineksi virus IB, sedangkan ayam kontrol tidak kurang dari 80% harus mati atau timbul infeksi virus IB
  • Untuk melihat lebih jauh mengenai efek dari vaksinasi dan perlakuan tantang, maka vaksinasi dapat dilakukan pada ayam uji dengan umur masa bertelur. Vaksin dinyatakan baik apabila tidak ada pengaruh atau menurunkan tingkat produksi telur.

3. Serum Neutralisasi Test

a. Pengenceran Seed Virus

  • Siapkan 7 tabung steril yang masing-masing sudah diisi dengan 4.5 ml PBS steril.
  • Tandai tabung dengan identitas 10-1 sampai dengan 10-7.
  • Masukkan 0.5 ml Seed Virus IB yang akan dipakai sebagai virus tantang pada tabung dengan label 10-1 kocok dengan menggunakan vortex sampai merata.
  • Pipet 0,5 ml dari dari pengenceran 10-1 dan masukan  ke tabung pengenceran 10-2, lakukan step ini sampai pada pengenceran 10-7.
  • Kocok  sampai homogen
  • Untuk lei jelas silahkan baca postingan Uji Vandungan Virus IB

b. Serum  Uji (Serum dari ayam  vaksinasi)
  • Siapkan 4 tabung steril, tandai tabung dengan identitas 10-1 sampai dengan 10-4
  • Masukan  masing – masing tabung dengan  0,4  ml serum uji (serum dari ayam vaksinasi).
Tambahkan 0,4 ml pengenceran seed virus 10-4 ke tabung 10-4Tambahkan 0,4 ml pengenceran seed virus 10-3 ke tabung 10-3Tambahkan 0,4 ml pengenceran seed virus 10-2 ke tabung 10-2Tambahkan 0,4 ml pengenceran seed virus 10-1 ke tabung 10-1
  • Kocok  sampai homogen
  • Inkubasi di suhu 37oC  selama  1 jam
  • Setelah selesai inkubasi, inokulasikan dari masing masing tabung tersebut (Serum Uji) sebanyak 0,1  ml / telur masing-masing pengenceran 5 butir telur SPF umur 9-10 hari
  • Untuk Kontrol virus inokulasikan mulai 10-4 sampai dengan 10-7 dari pengenceran Seed Virus masing-masing 5 butir telur SPF
  • Inkubasi di suhu 37oC selama 7 hari, observasi setiap hari
  • Pada hari ke 7 post inikulasi semua telur baik telur yang mati  maupun yang hidup dibuka untuk dilihat PA dari embrio, PA embrio terinfeksi virus IB (positif IB) adalah :
Kurling, Kerdil, Haemoragis pada embriyo, Bulu embrio mengalami kelainan pertumbuhan (pendek dan jarang)
PA virus IB pada Embrio, Pathologi Anatomi embrio terinfeksi virus IB
  • Hitung Nilai Indek ntralisasi, rumusnya adalah :
C. NI (Neutralisasi Index) = kontrol virus - sampel uji
  • Nilai Index Netralisasi  tidakkurang 2.0  maka serum dianggap protektif terhadap IB (lulus)
  • Nilai Index Netralisasi antara 1.0  s/d  1.9 maka sampel serum dianggap dubius
  • Nilai Index Netralisasi kurang dari 1.0   maka sample serum dianggap negative.
D. Daftar Fustaka
    1. Farmakope Obat Hewan Indonesia (FOHI) tahun 2013
    2. The World Organization for Animal Health (OIE)
    Semoga bermanfaat........

    Uji Tantang Vaksin Avian Influenza H5N1

    Infeksi virus AI pada uji tantang
    Untuk mengetahui protektivitas dari vaksin Avian Influenza (Flu Burung) H5N1 terhadap virus tantang/lapang adalah dengan melakukan uji potensi dengan metode tantang menggunakan virus yang dirokomendasikan atau dengan  virus AI isolat lapang, cara mendapatkan isolat virus AI silahkan baca "Cara Isolasi Virus Avian Influenza H5N1". Pada saat ini virus AI yang direkomendasikan sebagai virus tantang adalah AI dari Subang atau yang dikenal dengan AI SBG.
    Uji Tantang harus menggunakan isolator yang ditempatkan dilaboratorium Biosafety level 3 (BSL3) dengan tekanan udaranya (pressure) negatif shingga dapat melindungi lingkungan sekitarnya 
    Ayam yang dipergunakan untuk uji tantang menggunakan ayam SPF (spesific Pathogen Free) umur 3-4 minggu sebanyak 20 ekor dibagi menjadi 2 kelompok,10 ekor kelompok vaksinasi dan 10 ekor lainnya sebagai kontrol

    1. Vaksinasi

    10 ekor ayam di suntik masing-masing 1 dosis dengan vaksin AI sebagai kelompok vaksinasi dan 10 ekor lainnya sebagai kelompok kontrol, observasi dilakukan selama 3 minggu.

    2. Uji Tantang
    • Setelah tiga minggu (21 hari) setelah vaksinasi, tantang semua ayam dari kelompok vaksinasi maupun  kelompok kontrol dengan virus tantang (AI strain SBG) melalui intra muskular dengan kandungan virus 106.0 CLD50.
    • Sebelum dilakukan uji tantang, ambil darah semua ayam baik kelompok vaksinasi maupun kelompok kontrol  untuk dilakukan pemantauan titer antibodi. 
    • Uji tantang dilakukan di area animal BSL3 laboratoris atau isolator yang telah dioperasikan dan dipastikan berfungsi dengan baik sebelumnya.
    • Ayam dari kelompok uji dan ayam dari kelompok kontrol dengan menggunakan  isolator yang berbeda untuk memantau secara baik pengaruh total vaksin dalam memproteksi virus AI tantang dan membandingkannya dengan kelompok kontrol tanpa perlakuan vaksinasi.
    • Bersihkan/usap daerah otot dada dengan kapas beralkohol
    • Suntikkan 1 ml virus AI dengan kandungan 106.0 CLD50/ekor melalui intra muskuler. Cara menguji kanungan virus silahkan baca artikel "Cara menguji Kandungan Vairus ND"
    • Catat semua hasil pengamatan setelah 14 hari pada form observasi uji potensi, dengan melihat gejala-gejala abnormal post infeksi virus yang mungkin muncul.
    • Vaksin memenuhi syarat apabila selama masa pengamatan tidak kurang dari 90% ayam vaksinasi tetap hidup tanpa memperlihatkan gejala klinis penyakit AI, dan ayam dari kelompok kontrol tidak kurang dari 90% mati atau memperlihatkan gejala klinis khas penyakit AI serta shedding virus tidak lebih dari 7 hari
    Isolator









    3. Daftar Fustaka
    1. Farmakope Obat Hewan Indonesia (FOHI) tahun 2013
    2. The World Organization for Animal Health (OIE)
    3. FAO’s Manual on Wild Bird Highly Pathogenic Avian Influenza Surveillance : http://www.fao.org/docrep/010/a0960e/a0960e00.html
    Semoga bermanfaat .......

    Cara Uji Kandungan Virus EDS (Egg Drop Sindrome) Menggunakan Telur Berembrio


    Bentuk telur akibat virus Egg Drop Syndrome
    Foto koleksi Poultry Indonesia
    Untuk mengetahui kandungan virus EDS (Egg Drop Syndrome) dapat dilakukan dengan cara virus tersebut diencerkan dalam larutan buffer sampai peneipisan tertentu, kemudian masing-masing pengenceran/penipisan virus  ditanam/ditumbuhkan pada telur bebek berembrio, selanjutnya telur tersebut diinkubasi di suhu 37C selama 5 hari. Larutan yang biasa dipakai untuk pengenceran virus menggunakan larutan Phosphat Buffer Saline (PBS), NaCl fisiologis, cara membuat larutan PBS silahkan baca artikel Prosedur Pembuatan Phosphat Buffer Salne 

    Alat dana Bahan

    Untuk menghindari kontaminasi dari mikro organisma lain alat dan bahan-bahan yang berhubungan langsung dengan virus harus terlebih dahulu di sterilisasi. Alat dan bahan yang diperlukan adalah :
    • Biosafety Cabinet
    • Tabung reaksi 18 x 180 mm
    • Pipet steril Vol. 10 ml & 1 ml
    • Spuit 1 ml
    • Alat Pengocok (Vortex)
    • Sprayer alkohol 70%
    • Pembolong Telur (Puncher)
    • Gunting
    • Kaca plat
    • Batang pengaduk (stick gelas)
    • Single pipette 50 μl
    • Pipet tip
    • Candler
    • Sampel virus EDS (bulk)
    • 25 butir telur bebek masa inkubasi 10 -12 hari
    • Phosphat Buffer Saline (PBS)
    • Silicon rubber/paraffin
    • Kapas beralkohol 70%
    • RBC 10% (baca artkel : Cara Pembuatan RBC)
    • Tissue

    Persiapan

    Teropong (Candling) telur untuk mengetahui posisi embrio dan rongga udara, dengan menggunakan pensil beri tanda  (+3 mm) diatas rongga udara, beri nama setiap telur sesuai dengan nama sampel dan tingkat penipisannya

    Prosedur

    • Disinfeksi area kerja BSC dengan kapas beralkohol 70%
    • Tempatkan beberapa tabung reaksi di rak tabung dan beri nomor, jumlah tabung sesuai dengan kisaran titer virus EDS
    • Pipet 4,5 ml PBS dan masukan pada masing-masing tabung
    • Pipet 0,5 ml sample virus ND dan masukan kedalam tabung no 1 (10⁻¹) kocok sampai homogen dengan menggunakan vortex.
    • Dari penipisan tabung pertama, pipet 0,5 ml dan masukan kedalam penipisan berikutnya (tabung no 2) kocok sampai homogen. Lakukan step ini sampai pada penipisan terendah
    • Oles dengan kapas beralkohol disekitar  area rongga udara.
    • Dengan menggunakan pembolong telur (puncher), lubangi telur di tanda silang (+ 3 mm diatas rongga udara)
    • Inokulasikan penipisan fluida dari empat penipisan terendah sesuai dengan kisaran titer EDS pada telur bebek embrio tertunas umur 10 hari sebanyak 0.1 ml / butir telur, rute intra allantois, 5 butir setiap penipisan.
    • Inokulasikan larutan PBS pada 5 butir telur bebek berembrio tertunas umur 10 hari masing-masing 0,1 ml (sebagai kontrol)
    • Tutup lubang bekas inokulasi dengan sealent/paraffin
    • Inkubasikan pada suhu 37⁰C selama 5 hari dan observasi setiap hari dengan cara diteropong dengan lampu pijar (candler), embrio yang mati 24 jam post inokulasi dianggap kematian yang tidak spesifik ( dibuang ). Embrio yang mati sesudah 48 jam dichilling pada suhu 4⁰C
    • Pada akhir masa inkubasi telur yang tersisa dichilling di 4⁰C, minimal overnight
    Tabel Penegnceran/Penipisan virus

    Penilaian (Judgement)

    • Dengan menggunakan gunting buka kerabang telur
    • Pipet maing-masing 50 μl RBC 10%, letakan pada kaca plat (sesuai jumlah telur)
    • Pipet 50 ml cairan allantois dari masing-masing telur pada setiap penipisan, dan campurkan kedalam RBC 10%, homogenkan menggunakan stick, lap stick menggunakan tissue.
    • Goyang-goyangkan kaca selama 15 detik sambil diamati terbentuknya agglutinasi.
    • Agglutinasi dianggap positif jika terbentuk butiran-butiran warna merah (agglutinasi)
    • Hitung titer virus menggunakan metode “Spearman – Karber”
    • Perhitungan metode “Spearman – Karber” berdasarkan log 10 EID₅₀.

    Perbedaan Embrio yang terinfeksi virus IB dan kontrol
    Hasil Uji Agglutinasi pada Fluida yang Terinfeksi Virus ND

    Rumus :


    EID50    = X + 1/2  - d∑ri   atau
                                     n

                 = X + 0,5  - d
    ri
                                     n
    Keterangan   :           
    -   X     =  Pengenceran tertinggi (konsentrasi terendah)
    -   ∑ri   =  Total yang tidak terinfeksi (negatif/normal)
    -   n     =   Jumlah  telur/cell/mencit/ayam  yang  dipakai  pada  setip penipisan
    -   d     =   log  dari  factor  penipisan (log 10 =1)

    Contoh Hasil Penilaian VCT

    Hasil Uji Rapid Agglutinasi VCT Virus EDS (Egg Drop Syndrome)
    Pengenceran
    Positif (agglutinasi)
    Negatif
    10-6
    5
    0
    10-7
    5
    0
    10-8
    4
    1
    10-9
    1
    4
    Kontrol
    0
    5

    Perhitungannya :
    EID₅₀  = 9 + 0,5 - 5/5
              = 9,5 - 1
              = 8,5
    maka titer virus EDS (Egg Drop Syndrome) hasil dari uji kandungan virus adalah : 10⁸․⁵EID₅₀

    Definisi

    • Fluida (Bulk) adalah cairan alantois hasil panen  dari telur yang telah ditanam virus EDS
    • Telur SPF (Specific pathogen Freeadalah telur ayam yang tidak mempunyai antibodi berasal dari turunan ayam petelur yang tidak/belum pernah divaksinasi dan bebas dari penyakit mematikan.
    • Clean Egg adalah telur ayam yang yang tidak mempunya antibodi tertentu

    Pustaka

    Farmakope Obat Hewan Indonesia Jilid I (sediaan Biologik) edisi 3 tahun 2013. Direktorat Jenderal Pertenakan Departemen Pertanian Republik Indonesia

    Semoga Bermanfaat........

    Cara Uji Kandungan Virus ND (Newcastle Disesease) Menggunakan Telur Berembrio

    Cara Uji Kanungan Virus ND (Newcastle Desease

    dalam suatu sediaan (cair maupun padat) adalah dengan cara virus tersebut diencerkan dalam larutan buffer sampai peneipisan tertentu, kemudian masing-masing pengenceran/penipisan virus ditanam/ditumbuhkan pada telur berembrio, selanjutnya telur tersebut diinkubasi di suhu 37⁰C selama 5 hari. Larutan yang biasa dipakai untuk pengenceran virus menggunakan larutan Phosphat Buffer Saline (PBS), NaCl fisiologis, cara membuat larutan PBS silahkan baca artikel Prosedur Pembuatan Phosphat Buffer Salne 

    Alat dan Bahan

    Untuk menghindari kontaminasi dari mikro organisma lain alat dan bahan-bahan yang berhubungan langsung dengan virus harus terlebih dahulu di sterilisasi. Alat dan bahan yang diperlukan adalah :
    • Biosafety Cabinet
    • Tabung reaksi 
    • Pipet steril Vol. 10 ml & 1 ml
    • Spuit 1 ml
    • Alat Pengocok (Vortex)
    • Sprayer alcohol 70%
    • Pembolong Telur (Puncher)
    • Gunting
    • Kaca plat/petri disk
    • Batang pengaduk (stick gelas)
    • Single pipette 50 μl
    • Pipet tip
    • Candler
    • Sampel virus ND (Fluida/bulk/Freez drying)
    • 25 butir telur ayam SPF/Clean egg masa inkubasi 9 -11 hari
    • Phosphat Buffer Saline (PBS)
    • Silicon rubber/paraffin
    • Kapas beralkohol 70%
    • RBC 10% (baca artkel : Cara Pembuatan RBC)
    • Tissue

    Persiapan

    Teropong (Candling) telur untuk mengetahui posisi embrio dan rongga udara, dengan menggunakan pensil beri tanda +3 mm di atas rongga udara, beri nama setiap telur sesuai dengan nama sampel dan tingkat penipisannya
    Oles dengan kapas beralkohol disekitar tanda pada area rongga udara.

    Prosedur

    1. Virus dalam Sedian Cair
    • Disinfeksi area kerja BSC dengan kapas beralkohol 70%
    • Tempatkan beberapa tabung reaksi di rak tabung dan beri nomor, jumlah tabung sesuai dengan kisaran titer virus ND
    • Pipet 4,5 ml PBS dan masukan pada masing-masing tabung
    • Pipet 0,5 ml sample virus ND dan masukan kedalam tabung no 1 (10⁻¹) kocok sampai homogen dengan menggunakan vortex.
    • Dari penipisan tabung pertama, pipet 0,5 ml dan masukan kedalam penipisan berikutnya (tabung no 2) kocok sampai homogen. Lakukan step ini sampai pada penipisan terendah
    • Dengan menggunakan pembolong telur (puncher), lubangi telur (+ 3 mm diatas rongga udara)
    • Inokulasikan empat penipisan virus mulai dari penipisan terendah  (sesuai dengan kisaran titer ND) pada telur embrio tertunas umur 10 hari sebanyak 0.1 ml / butir telur, rute intra allantois, 5 butir setiap penipisan.
    • Inokulasikan larutan PBS pada 5 butir telur embrio tertunas umur 10 hari masing-masing 0,1 ml (sebagai kontrol)
    • Tutup lubang bekas inokulasi dengan sealent/paraffin
    • Inkubasikan pada suhu 37⁰C selama 5 hari dan observasi setiap hari dengan cara diteropong dengan lampu pijar (candler), embrio yang mati 24 jam post inokulasi dianggap kematian yang tidak spesifik (dibuang). Embrio yang mati sesudah 48 jam dichilling pada suhu 4⁰C
    • Pada akhir masa inkubasi telur yang tersisa dichilling di 4⁰C selama minimal overnight
    Tabel Penegnceran/Penipisan virus


    2. Virus dalam Sedian Freeze Drying

    Untuk virus dalam bentuk Freeze Drying, sebelum dilakukan pengenceran (10⁻¹ dan seterusnya) virus dilarutkan terlebih dahulu dengan PBS sampai kandungannya 1 dosis (per 0,1 ml),  

    Cara mengencerkan virus menjadi 1 dosis


    Dosis per vial
    Pengenceran 10 ds/0.1 ml
    Pengenceran 1 ds/0.1 ml
    500
    1 vial + 5 ml PBS
    1 ml vaksin + 9 ml PBS
    1000
    1 vial + 10 ml PBS
    1 ml vaksin + 9 ml PBS
    2000
    1 vial + 20 ml PBS
    1 ml vaksin + 9 ml PBS







    Selanjutnya dilakukan pengenceran mulai 10⁻¹ sampai penipisan terendah sesuai perkiraan titer virus yang terkandung (pengerjaannya seperti pada step pengenceran virus dalam bentuk cair)

    Penilaian (Judgement)

    • Dengan menggunakan gunting buka kerabang telur
    • Pipet maing-masing 50 μl RBC 10%, letakan pada kaca plat (sesuai jumlah telur)
    • Pipet 50 ml cairan allantois dari masing-masing telur pada setiap penipisan, dan campurkan kedalam RBC 10%, homogenkan menggunakan stick, lap stick menggunakan tissue.
    • Homogenkan campusan virus dan RBC dengan cara menggoyang-goyangkan kaca plate selama 15 detik sambil diamati terbentuknya agglutinasi.
    • Agglutinasi dianggap positif jika terbentuk butiran-butiran warna merah (agglutinasi)
    • Hitung titer virus menggunakan metode “Spearman – Karber”
    • Perhitungan metode “Spearman – Karber” berdasarkan log 10 EID₅₀.

    Foto hasil uji rapid virus ND

    Hasil Uji Agglutinasi pada Fluida yang Terinfeksi Virus ND

    Rumus :


    EID50    = X + 1/2  - d∑ri   atau
                                     n

                 = X + 0,5  - d
    ri
                                     n
    Keterangan   :           
    -   X     =  Pengenceran tertinggi (konsentrasi terendah)
    -   ∑ri   =  Total yang tidak terinfeksi (negatif/normal)
    -   n     =   Jumlah  telur/cell/mencit/ayam  yang  dipakai  pada  setip penipisan
    -   d     =   log  dari  factor  penipisan (log 10 =1)

    Contoh Hasil Penilaian VCT

    Hasil Uji Rapid Agglutinasi VCT Virus ND

    Pengenceran
    Positif (agglutinasi)
    Negatif
    10-6
    5
    0
    10-7
    5
    0
    10-8
    4
    1
    10-9
    0
    5
    Kontrol
    0
    5

    Perhitungannya :
    EID₅₀  = 9 + 0,5 - 6/5
              = 9,5 - 1,2
              = 8,3
    maka titer virus ND (Newcastle Disesease) hasil dari uji kandungan virus adalah : 10⁸.³EID₅₀

    Definisi

    • Fluida (Bulk) adalah cairan alantois hasil panen  dari telur yang telah ditanam virus ND
    • Telur SPF (Specific pathogen Freeadalah telur ayam yang tidak mempunyai antibodi berasal dari turunan ayam petelur yang tidak/belum pernah divaksinasi dan bebas dari penyakit mematikan.
    • Clean Egg adalah telur ayam yang yang tidak mempunya antibodi tertentu

    Pustaka

    Farmakope Obat Hewan Indonesia Jilid I (sediaan Biologik) edisi 3 tahun 2013. Direktorat Jenderal Pertenakan Departemen Pertanian Republik Indonesia

    Semoga Bermanfaat........

    Cara Uji Kandungan Virus Gumboro (Infectious Bursal Disease) MenggunakanTelur Berembrio


    Untuk mengetahui kandungan virus Gumboro (Infectious Bursal Disease) atau di kenal juga dengan nama IBD dalam suatu sediaan (cair maupun padat) dapat dilakukan dengan cara virus tersebut diencerkan dalam suatu larutan sampai peneipisan tertentu, kemudian masing-masing pengenceran/penipisan virus ditanam/ditumbuhkan pada telur berembrio, selanjutnya telur tersebut diinkubasi di suhu 37C selama 5 - 6 hari. Larutan yang biasa dipakai untuk pengenceran virus menggunakan larutan Phosphat Buffer Saline (PBS), NaCl fisiologis, cara membuat larutan PBS silahkan baca artikel Prosedur Pembuatan Phosphat Buffer Salne 

    Alat dan Bahan

    Untuk menghindari kontaminasi dari mikro organisma lain alat dan bahan-bahan yang berhubungan langsung dengan virus harus terlebih dahulu di sterilisasi. Alat dan bahan yang diperlukan adalah :
    • Biosafety Cabinet
    • Tabung reaksi 
    • Pipet steril Vol. 10 ml & 1 ml
    • Spuit 1 ml
    • Alat Pengocok (Vortex)
    • Sprayer alcohol 70%
    • Pembolong Telur (Puncher)
    • Gunting
    • Kaca plat
    • Batang pengaduk (stick gelas)
    • Candler
    • Sampel virus Gumboro (Fluida (bulk) virus/Freez drying)
    • 25 butir telur ayam SPF/Clean egg masa inkubasi 9 -11 hari
    • Phosphat Buffer Saline (PBS)
    • Silicon rubber/paraffin
    • Kapas beralkohol 70%

    Persiapan

    Teropong (Candling) telur untuk mengetahui posisi embrio dan rongga udara, dengan menggunakan pensil beri tanda +3 mm diatas rongga udara, beri nama setiap telur sesuai dengan nama sampel dan tingkat penipisannya
    Oles dengan kapas beralkohol  pada area rongga udara.

    Prosedur

    1. Virus dalam Sedian Cair
    • Disinfeksi area kerja BSC dengan kapas beralkohol 70%
    • Tempatkan beberapa tabung reaksi di rak tabung dan beri nomor, jumlah tabung sesuai dengan kisaran titer virus Gumboro
    • Pipet 4,5 ml PBS dan masukan pada masing-masing tabung
    • Pipet 0,5 ml sample virus Infectious Bronchitis dan masukan kedalam tabung no 1 (10⁻¹) kocok sampai homogen dengan menggunakan vortex.
    • Dari penipisan tabung pertama, pipet 0,5 ml dan masukan kedalam penipisan berikutnya (tabung no 2) kocok sampai homogen. Lakukan step ini sampai pada penipisan terendah
    • Dengan menggunakan pembolong telur (puncher), lubangi telur di tanda silang (+ 3 mm diatas rongga udara)
    • Inokulasikan penipisan fluida dari empat penipisan terendah sesuai dengan kisaran titer ND pada telur embrio tertunas umur 10 hari sebanyak 0.1 ml / butir telur, rute intra allantois, 5 butir setiap penipisan.
    • Inokulasikan larutan PBS pada 5 butir telur embrio tertunas umur 10 hari masing-masing 0,1 ml (sebagai kontrol)
    • Tutup lubang bekas inokulasi dengan sealent/paraffin
    • Inkubasikan pada suhu 37⁰C selama 5 - 6 hari dan observasi setiap hari dengan cara diteropong dengan lampu pijar (candler), embrio yang mati 24 jam post inokulasi dianggap kematian yang tidak spesifik ( dibuang ). Embrio yang mati sesudah 48 jam dichilling pada suhu 4⁰C
    • Pada akhir masa inkubasi telur yang hidup beserta telur yang mati  dilihat perubahan embrio
    Tabel Penegnceran/Penipisan virus


    2. Virus dalam Sedian Freeze Drying

    Untuk virus yang penyimpanannya dalam bentuk Freeze Drying, sebelum dilakukan pengenceran (10⁻¹ dan seterusnya) virus dilarutkan terlebih dahulu dengan PBS sampai kandungannya 1 dosis (per 0,1 ml),  

    Cara mengencerkan virus menjadi 1 dosis


    Dosis per vial
    Pengenceran 10 ds/0.1 ml
    Pengenceran 1 ds/0.1 ml
    500
    1 vial + 5 ml PBS
    1 ml vaksin + 9 ml PBS
    1000
    1 vial + 10 ml PBS
    1 ml vaksin + 9 ml PBS
    2000
    1 vial + 20 ml PBS
    1 ml vaksin + 9 ml PBS







    Selanjutnya dilakukan pengenceran mulai 10⁻¹ sampai penipisan terendah sesuai perkiraan titer virus yang terkandung (pengerjaannya seperti pada step pengenceran virus dalam bentuk cair)

    Penilaian (Judgement)

    • Dengan menggunakan gunting buka kerabang telur dari masing-masing pengenceran
    • Keluarkan embrio dari telurnya
    • Amati perubahan Pathologi Anatomi (PA) pada embrio
    • Embrio positif terinfeksi virus Gumboro akan terjadi perubahan diantaranya embrio kemerahan (haemorhagi) kerdil, terjadi penimbunan di area rongga perut  dan biasanya hati berwarna hijau 
    • Hitung titer virus menggunakan metode “Spearman – Karber”
    • Perhitungan metode “Spearman – Karber” berdasarkan log 10 EID₅₀.
    Perbedaan PA embrio yang terinfeksi virus IBD dan kontrol

    Perbedaan Embrio yang terinfeksi virus IB dan kontrol

    Rumus :


    EID50    = X + 1/2  - d∑ri   atau
                                     n

                 = X + 0,5  - d
    ri
                                     n
    Keterangan   :           
    -   X     =  Pengenceran tertinggi (konsentrasi terendah)
    -   ∑ri   =  Total yang tidak terinfeksi (negatif/normal)
    -   n     =   Jumlah  telur/cell/mencit/ayam  yang  dipakai  pada  setip penipisan
    -   d     =   log  dari  factor  penipisan (log 10 =1)

    Contoh Hasil Penilaian VCT

    Hasil Uji  VCT Virus Gumboro (Infectious Bursal disease)

    Pengenceran
    Positif (kerdil/Hemohagi)
    Negatif
    10-4
    5
    0
    10-5
    5
    0
    10-6
    3
    2
    10-7
    1
    4
    Kontrol
    0
    5

    Perhitungannya :
    EID₅₀  = 7 + 0,5 - 6/5
              = 7,5 - 1,2
              = 6,3
    maka titer virus Gumboro hasil dari uji kandungan virus adalah : 10⁶․³EID₅₀

    Definisi

    • Fluida (Bulk) adalah cairan alantois hasil panen  dari telur yang telah ditanam virus Gumboro 
    • Telur SPF (Specific pathogen Freeadalah telur ayam yang tidak mempunyai antibodi berasal dari turunan ayam petelur yang tidak/belum pernah divaksinasi dan bebas dari penyakit mematikan.
    • Clean Egg adalah telur ayam yang yang tidak mempunya antibodi tertentu

    Pustaka

    Farmakope Obat Hewan Indonesia Jilid I (sediaan Biologik) edisi 3 tahun 2013. Direktorat Jenderal Pertenakan Departemen Pertanian Republik Indonesia

    Semoga Bermanfaat........