Showing posts with label Production. Show all posts
Showing posts with label Production. Show all posts

Cara Mudah Download Artikel dan Journal Berbayar

Postingan ini sengaja saya buat untuk para pelajar, mahasiswa, karyawan  atau para peneliti yang memerlukan artikel atau journal sebagai bahan referensi awal untuk memulai penelitiannya. Masalahnya sering kita kesulitan mengakses artikel/jornalnya tersebut karena kita harus mengeluarkan dana untuk membelinya, banyak  journal yang hanya menampilkan abstraknya atau kita hanya bisa mebaca saja  sementara journal lengkapnya kita harus mengeluarkan uang. Tapi jangan kawatir atau berputus asa bagi yang tidak cukup uang untuk membelinya, kerena kita bisa mencoba mengakses link berikut ini  https://sci-hub.tw/ atau  https://sci-hub.se/



Nah berikut cara lengkapnya
1. Akses link diatas
2. Setelah muncul/terbuka link nya seperti gambar dibawah ini

 3. Masukan url (alamat website) atau PMID atau DOI dengan cara mengcopy dan paste kan di kolomnya (setiap journal biasanya selalu mencantumkan PMID atau DOI)
4. Klik "open"
5. Maka akan muncul gambar berikut ini

6. Pada kotak kosong dibawahnya masukan kode yang muncul kemudian klik kotak dibawahnya (maaf ya saya tidak mengerti bahasanya kemungkinan enter)
7. Tunggu sampai SCI-HUB mengkases
8. Setelah muncul journalnya kita simpan journal tersebut  dengan cara klik kanan kemudian "save as"

Keterangan : 
Tidak semua journal bisa di akses dengan link  SCI-HUB ini, sehingga kita bisa coba dengan cara lain misalnya dengan menyalin judul artikelnya kemudian cari dengan mbah google karena satu journal  ada di publish oleh beberapa website 

Semoga bermanfaat…... silahkan di share

8 Step Cara Produksi Virus Avian Influenza Pada Telur Berembrio


Salah satu bahan dasar yang terpenting dalam pembuatan vaksin Avian Influenza H5N1 Inaktif adalah antigen (virus mati) AI, yang dalam proses selanjutnya antigen tersebut dicampur dengan adjuvant menjadi sediaan dalam bentuk suspensi maupun emulsi (W/O,W/OW).
Untuk memproduksi virus Avian Influenza kita bisa mempergunakan media kultur jaringan (tissue culture) atau telur berembrio baik telur SPF (specific pathogen free), SUN (spesifik antibodi negatif) atau telur komersil (telur yang mempunyai antibodi) dengan umur inkubasi antara 10 sampai 12 hari.
Dalam artikel ini saya akan mengupas tentang cara memproduksi virus AI pada telur berembrio

Inkubasi telur berembrio (TAB)

Telur yang akan ditanam virus AI terlebih dahulu diinkubasi selama 10 sampai dengan 12 hari di incubator dengan temperature 37,5 derajat celcius dengan kelembaban sekitar 65-70% (masa inkubasi tergantung dari hasil optimasi masing-masing virus). Untuk meminimalkan kontaminasi pada telur selama masa inkubasi, telur terlebih dahulu di desinfeksi dengan benzalkonium chloride  1%, iodine, atau alkohol 70%, proses desinfeksi telur bisa  dengan cara penyemprotan (spraying) atau perendaman (dipping). Selama masa inkubasi telur diputar setiap 2 jam sekali dengan kemiringan 45 derajat, untuk inkubator yang modern pemutaran telur dilakukan dengan  cara otomatis oleh mesin dan bisa diatur frekuensi pemutarannya





Inokulasi Virus AI (penanaman virus)

Penanaman virus dilakukan dengan cara memasukan virus AI ke dalam telur melalui cairan allantois. Caranya adalah telur dilubangi pada area kantong udara (+3 mm diatas batas kantong udara), kemudian dengan menggunakan spuit (syringe) 1 ml masukan cair virus sebanyak 0,1 ml/telur. Untuk inokulasi virus dengan jumlah telur yang banyak bisa dilakukan dengan menggunakan socorex atau bahkan dengan menggunakan mesin (inoculation machine). Tutup lubang bekas inokulasi dengan sealent atau paraffin.
Kultur virus pada telur berembrio
Untuk menentukan jumlah partikel virus yang diinokulasikan ke telur sebaiknya hasil dari optimasi, supaya virus bereplikasi dengan maksimal, biasanya antara 1000 sampai 5000 partikel sehingga kita mendapatkan titer yang tinggi, karena  masing–masing virus memiliki karakteristik berbeda, cara optimasi partikel virus silahkan baca “Cara Meningkatkan Titer Virus dalam Cairan Allantois Telur Ayam Berembrio (TAB) point Jumlah partikel inokulum

Inkubasi telur paska infeksi virus

Telur yang telah diinokulasi virus dimasukan kedalam mesin inkubator dengan temperatur 37,5°C dengan kelembabannya antara 65 – 70% dan tidak dilakukan pemutaran telur  

Observasi telur (candling)

Lakukan observasi telur (candling) setelah 20 jam post inokulasi virus, untuk virus HPAI biasanya kematian embrio kurang dari 32 jam post infeksi dan untuk LPAI inkubasi telur bisa mencapai 96 jam pos infeksi, telur yang mati di simpan di suhu 4 derajat celcius.
Peneropongan telur

Chilling telur

Sebelum dilakukan panen cairan allantois, telur yang mati maupun yang hidup disimpan (chilling) terlebih dahulu pada suhu 4 derajat dengan tujuan untuk membekukan darah sehingga pada saat pengambilan cairan allantois darahnya tidak ikut terbawa. Chilling telur overnight (minimal selama 6 jam)

Panen Fluida Allantois (harvest)

Untuk mengurangi kontaminasi pada saat pengambilan cairan allantois, semua telur dilakukan desinfeksi dengan benzalkonium chloride 1%, iodine, atau alkohol 70%, proses deinfeksi telur bisa dengan cara penyemprotan (spraying) atau  perendaman (dipping). Dengan menggunakan gunting atau alat pembuka kerabang telur (decapper) buka seluruh telur yang akan dipanen diarea kantong udara, pisahkan   telur yang busuk supaya tidak ikut terpanen karena telur yang busuk mengindikasikan adanya kontaminasi bakteri maupun jamur, dari masing-masing telur ambil seluruh cairan allantois dengan cara menyedotnya  dengan spuit atau mesin harvest (harvesting machine) dan tampung seluruh cairan allantois dalam botol gelas/plastik dan simpan di suhu 4 derajat celcius

Sentrifugasi

Proses sentrufugasi bertujuan untuk memurnikan virus dari  partikel-partikel  yang terbawa pada saat panen, seperti debris sel, kerabang telur, kuning telur dan darah. Kecepatan sentrifugasi  3000-6000 rpm selama 10 – 15 menit dengan suhu 4 derajat celcius. 
Selesai sentrifugasi bulk virus disampling untuk dilakukan pengujian :

Inaktifasi Virus (mematikan virus)

Ada beberapa bahan kimia (inaktivan) yang bisa dipergunakan untuk mematikan virus AI diantaranya adalah  formalin pa 37%. Konsentrasi  akhir formalin untuk inaktifasi virus AI adalah 0,1-0,2%, sebaiknya konsentrasi formalin yang akan dipergunakan  terlebih dahulu dibuat stok 10%, sehingga pada saat formalin dicampurkan kedalam cairan allantois  tidak merusak  virus.
Pemberian formalin dilakukan dengan cara diteteskan  sedikit demi sedikit dengan menempelkan ujung pipet ke mulut botol sehingga formalin akan mengalir melalui diding botol dan bulk virus sambil diputar dengan menggunakan stirrer. Setelah pemberian formalin selsai proses inaktifasi dilanjutkan di 4 derajat sambil distirer dengan putaran rendah selama 20 – 24 jam, kemudian pemutaran bulk virus dengan stirrer dihentikan kemudian disampling untuk dilakukan pengujian :
  • Uji Inaktifasi 
  • Uji Haemaglutinin HA Test (Cara Uji HA)
  • Uji Sterilitas
  • Uji kandungan Formalin 

Setelah proses sampling selesai bulk virus disimpan kembali di suhu 4 derajat (cool room) untuk di formulasi menjadi vaksin AI Inaktif

Catatan : Semua peratan yang digunakan dala memproduksi bulk virus (antigen) harus steril

Semoga Bermanfaat …………..

Gejala Penyakit, Pathologi Anatomi dan Cara penularan virus Flu Burung (AI) Pada Unggas

Pendahuluan                  

Avian Influenza (AI) atau lebih terkenal dengan nama flu burung pertama kali ditemukan di negara Itali pada tahun 1878 kemudian menyebar ke benua Amerika, Eropa, Afrika dan Asia yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Penelitian Avian Influenza di Indonesia pernah dilaporkan oleh RONOHARDJO pada tahun 1983; RONOHATDJO et al (1985); RONOHADJO et al (1985) yang berhasil mengisolasi virus LPAI (Low Pathogenic Avian Influenza) dari itik, burung pelikan, bebek dan diidentifikasi sebagai virus AI subtipe H4N6 dan H4N2. Namun semenjak itu tidak lagi terdengar beritanya sampai kemudian pada akhir tahun 2003 (September-Oktober) terjadi wabah flu burung pada ayam dengan mortalitas mencapai 100% di Jawa Timur dan Jawa Barat , kemudian menyebar ke daerah lainnya seperti provinsi Jawa tengah, Yogyakarta, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Sulawesi Tenggara  (DAMAYANTI et al, 2005). Penanganan sudah dilakukan dengan berbagai cara mulai dari vaksinasi, biosekuriti yang ketat sampai stamping out, tetapi sampai saat ini (akhir tahun 2016) wabah flu burung  masih tetap saja muncul
Avian Influenza


Virus Avian Influenza  termasuk kedalam family Orthomyxovirdae  yang berdasarkan karakter protein M nya diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu virus Influenza tipe A, B dan C, Virus Influenza tipe A bisa menginfeksi ungas, manusia, kuda,  babi, dan kadang-kadang mamalia seperti ikan paus, anjing laut, sedangkan untuk virus Influenza tipe B dan C  hanya ditemukan  pada manusia yang kasusnya bersifat ringan, kalau didasarkan spike haemglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA) pada amplopnya (pembungkus luar virus) virus influenza type A memiliki subtipe 15 HA (H1-15) dan 9 N (N1-N9), protein HA berperan dalam proses interaksi langsung dengan reseptor yang ada dipermukaan sel (attachment) dan protein NA berperan dalam proses pelepas virus dari sel (budding).  Bentuk dari  virus influenza adalah bulat atau filamen dengan diameter 50 - 200 nm x 200 – 300 nm, berantai tunggal yang mempunyai amplop dengan delapan segmen dan termasuk virus RNA.  Virus Avian Influenza sub tipe H5N1 terdiri dari :
  1. Clade 2.1.3 (2.1.3.1, 2.1.3.2, dan 2.1.3.3) (WHO, 2012)  bersifat ganas pada unggas dari golongan ayam (gallinaceous) seperti ayam layer, ayam broiler, ayam kampung dan puyuh, sedangkan itik dan unggas air yang lainnya relatif tahan (Bingham et al., 2009; Swayne, 2007; Wibawa et al., 2012a)
  2. Clade 2.3.2.1 pada pertengahan tahun 2012 telah menimbulkan wabah penyakit highly pahogenic avian influenza (HPAI) yang disertai morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada unggas, khususnya itik.
Gejala Klinis Ayam terinfeksi AI

Cara Penularan

Media penyebaran dan penularan dapat melalui kontak langsung antara unggas, kotoran unggas, sarana transportasi ternak, peralatan kandang yang tercemar, pakan dan minum unggas yang tercemar, pekerja di peternakan dan burung.

Faktor yang mempengaruhi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kasus  AI pada suatu peternakan atau wilayah diantaranya :
  • Tingkat kepadatan ternak ayam dari suatu wilayah
  • Vaksinasi yang tidak tepat (program, aplikasi dll)
  • Jenis unggas yang dipelihara (ayam, itik, buruh puyuh)
  • Manajemen Peternakan (SDM, perkandangan, pakan, air minum, budidaya, kesehatan umum)
  • Pelaksanaan biosecurity yang tidak dilakukan dengan baik
  • Sistem penanganan kotoran dan limbah 

Gejala Klinis

Saat ini gejala klinis yang muncul pada ayam terserang penyakit AI ada dua type :

1. Ganas (kematian tinggi


  • Napsu makan menurun
  • Tortikolis (umumnya AI clade 2.3)
  • Warna Jengger dan pial kebiruan dan membengkak
  • Terjadinya perdarahan merata pada kaki yang berupa bintik-bintik merah (ptekhi) dan kadang-kadang kaki kering
  • Keluar cairan eksudat jernih hingga kental dari rongga mulut.
  • Gangguan pernafasan (Megap-megap)
  • Produksi telur menurun atau bahkan sampai terhenti
  • Diare.
  • Kerabang telur lembek.
  • Mortalitas sangat tinggi sampai 100%

2. Ringan (Sub Klinis) kematian rendah

Untuk gejala AI subklinis biasanya ayam hanya terlihat murung dengan kematian yang rendah, ayam mengalami depresi ringan, ganguan pernafasan, ganguan kualitas telur (berat, ukuran, kerabang, yolk dan albumin)

Pathologi Anatomi

Unggas yang terkena AI apabila kita lakukan nekropsi akan terlihat perubahan perubahan pada organ seperti :
  • Warana jengger/pial kebiruan (tidak semua AI)
  • Pendarahan pada kaki berupa bintik-bintik merah (tidak semua AI)
  • Pendarahan pada otot dada dan paha atau salah satunya
  • Pada kasus AI yang ganas hampir semua organ mengalami pendarahan, pada kasus AI yang ringan bisanya hanya sebagian organ yang mengalami pendarahan
  • Adanya pembengkakan pada jantung, hati, ginjal, paru-aru, proventrikulus
  • Dilatasi pembuluh darah penggantung usus
  • Dilatasi pebuluh darah otak
  • Pembengkakan kelenjar proventrikulus
Perubahan organ (PA) tersebut diatas bisa saja hanya sebagian yang muncul, tergantung dari jenis dan jumlah partikel virus yang menyerang.
PA flu Burung  pada Ayam
Daftar Pustaka
Dyah Ayu Hewajuli dan N.L.I. Dharmaynti : Karakterisasi dan Identifikasi Virus Avian Influenza (AI), Balai Besar Penelitian Veteriner-Bogor

Agus Wiyono, R. Indriani, N.L.P.I. Dharmayanti, R. Damayanti, L Parede, T. Syafriati Dan Darminto  Isolasi dan Karakterisasi Virus Highly Pathogenic Avian Influenza Subtipe H5 dari Ayam Asal Wabah di Indonesia, Balai Penelitian Veteriner-Bogor

Hendra Wibawa 1 , Lestari 1 , Herdiyanto Mulyawan 2 , Ira Pramastuti 2, Survei Penyakit Avian Influenza Subtipe H5 Di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur Dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Maret 2013 - Februari 2014, Balai Besar Veteriner Wates

Semoga Bermanfaat ........