Telur ayam berembrio (TAB) adalah salah satu media yang
baik untuk berkembangnya (replikasi) virus-virus yang menyerang unggas diantaranya
virus Avian Influenza (AI/Flu Burung), Infectious Bronchitis (IB), Infectiuos Bursal Disease
(Gumboro), dll, sehingga produksi virus
dengan menggunakan telur ayam berembrio hingga kini masih tetap dipakai baik skala penelitian maupun produksi vaksin oleh produsen vaksin lokal maupun impor, karena selain telur mudah didapat juga proses
produksinya dianggap cukup mudah.
Sebaiknya telur yang
dipergunakan dalam pengembangbiakan virus menggunakan telur ayam SPF (Specific Pathogen
Free) atau SAN (spesifik
antibodi negatif). Adapun yang dimaksud dengan telur SPF adalah telur berasal dari ayam yang tidak memiliki antibodi spesifik terhadap agen
pathogen sehingga telur yang dihasilkan juga tidak memiliki antibodi yang
spesifik sedangkan telur SAN adalah telur yang dihasilkan dari ayam yang tidak
mempunyai antibodi tertentu (kualitas telur di bawah telur SPF).
Adapun mekanisme
replikasi (reproduksi) virus adalah virus yang ditanam ke dalam telur melalui intra allantois/chorioallantois atau intra
yolk sac diawali dengan adanya perlekatan (adsorbsi) partikel virus dengan
reseptor pada permukaan sel inang kemudian virus akan masuk ke dalam sel yang
disebut dengan istilah penetrasi, selanjutnya virus akan memindahkan sebagian atau seluruhnya kapsidnya kedalam sel setelah itu terjadi perakitan komponen-koponen
virion dan terjadi
pematangan virus dan kemudian step terakhir adalah pelepasan virus yang sudah
matang memalui cairan allantois.
Supaya perkembangan embrio pada saat diinkuabsi/pengeraman tumbuh dengan
baik maka suhu inkubator antara 37°C - 39°C dengan kelembaban 50 – 65% (60% sering
dianggap kelembaban yang ideal)
Passase
Prosedur ini biasanya delakukan pada virus hasil isolasi yang belum banyak dilintaskan (ditanam) pada hostnya (TAB, Cell culture, hewan coba) dan biasanya virus belum stabil yang ditandai dengan tidak konstannya titer virus walaupun dalam prosedur pasasenya sama, baik jumlah partikel yang ditanam maupun lama inkubasinya.
Pada metode ini virus dilintaskan pada
TAB secara terus menerus sampai mendapatkan titer virus yang tinggi dan
setabil, pasase bisa dilakukan dengan cara blank pasase (titer awal virus tidak
diketahui) atau yang sudah diketahui titernya kemudian ditetapkan jumlah
partkel yang diinokulasikan ke dalam TAB
Jumlah Partikel Inokulum
Jumlah Partikel Inokulum
Penentuan jumlah partikel inokulum setiap
jenis virus mungkin akan berbeda karena masing-masing virus mempunyai
karakteristik yang berlainan, sehingga
untuk menentukan jumlah partikel inokulum yang pas perlu dilakukan trial
terlebih dahulu (optimasi jumlah partikel) sehingga diperoleh jumlah virus yang maksimal pada saat panen cairan
allantois.
Sebagai contoh kita akan mentukan jumlah partikel virus pada pembuatan working seed virus Avian Influnza H5N1 yang nantinya akan dijadikan dasar (standar) pada saat produksi bulk virus untuk produksi vaksin AI.
Sebagai contoh kita akan mentukan jumlah partikel virus pada pembuatan working seed virus Avian Influnza H5N1 yang nantinya akan dijadikan dasar (standar) pada saat produksi bulk virus untuk produksi vaksin AI.
Tahapanya adalah sebagai berikut :
- Virus yang akan dipergunakan harus terlebih dahulu diketahui titernya misal titer awal 10˄6.0/0,1 ml (titer virus diketahui dengan metode pengenceran bertingkat 10x)
- Tentukan jumlah partikel yang akan ditanam pada masing masing telur missal kita trial dengan 500 partikel, 1000 partikel dan 5000 patikel, masing-masing trial menggunakan 5 butir telur ayam SPF
- Tanam dari masing-masing trial ke 5 butir @ 0,1 ml telur SPF umur 10 – 12 hari masa inkubasi
- Inkubasi di suhu 37°C
- Lakukan observasi (candling) telur setiap 2- 3 jam setelah jam ke 20 post inokulasi (lebih cepat lebih baik (rata-rata kematian telur yang terinfeksi virus AI diantara 20 – 32 jam post inokulasi (infeksi)
- Telur yang mati di simpan di suhu 2 - 8°C.
- Kemudian masing-masing telur dilakukan uji agglutinasi (cairan allantois yang diambil hanya telur yang menujukan positif agglutinasi), Uji agglutinasi bisa dilihat pada artikel saya sebelumnya : Cara isolasi Virus Avian Influenza klik disini……
- Masing-masing trial dilakukan uji kandungan virus untuk mengetahui trial yang menujukan titer paling tinggi.
- Untuk validitas dari trial tersebut, lakukan trial minimal 3 kali ulangan
- Cara menghitung jumlah partikel virus :
- Misal diketahui titer virus 10˄6.0/ 0,1 ml (1.000.000 partikel/ml) volume virus 1 ml
- Rencana trial inokulasi : 10˄2.7 (500 partikel), 10˄3.0 (1000 partikel) dan 10˄3.7 (5000 partikel)
- Berapa volume virus yang dibutuhkan?
- Berapa volume pengencer (PBS) yang dibutuhkan?
- Untuk menghitung trial inokulasi dengan 5000 partikel/butir adalah :
- Dengan rumus M1.V1 = M2.V2 Menghitung yang 5000 partikel dengan kebutuhan 1 ml :
- Atau bisa dihitung dengan cara dibawah ini 10˄6.0 - 10˄3.7 = 10˄2.3Jadi encerkan virus sampai 10-2 (pengenceran 10 kali)
Maka :
1.000.000 x ? = 5000 x 1 ml
= 5.000
1.000.000
= 0.005
Jadi kebutuhan virusnya 0,005 ml + 0,995 ml pengencer (PBS)
Kemudian dari 10-2 diencerkan lagi sebanyak 2 kali
Lebih jelasnya lihat skema dibawah ini :
Metode ini biasanya digunakan untuk virus yang mempunyai sifat tidak mematikan embrio telur, seperti virus Newcastle Disease, infectious bronchitis yang dipakai untuk produksi vaksin aktif, caranya adalah sebagi berikut :
- Tanam virus (missal 1000 partkel/telur ) sebanyak 20 butir telur ayam berembrio umur 9 – 11 hari
- Inkubasi di suhu 37°C
- Lakukan observasi (candling) telur
- Chilling telur per 6 jam mulai jam ke 48, 54, 60 dan 66 masing-masing 5 butir (penetuan jam chilling disesuaikan dengan karakter virus)
- Panen cairan allantoisnya dari masing-masing kelompok
- Lakukan pengujian kandungan virus untuk mengetahui kelompok mana yang menghasilkan titer virus paling tinggi
- Lakukan ulangan trial sebanyak minimal 3 kali ulangan untuk mengetahui validitas dari trial tersebut
Terima kasih semoga
bermanfaat ………………….
Amiiin................
Amiiin................
No comments:
Post a Comment