Avian Influenza (Flu Burung) dan Perkembangannya


Flu Burung
Virus Avian Influenza
Avian Influenza atau dikenal juga dengan Flu Burung adalah salah satu penyakit dari 25 penyakit hewan menular strategis yang ditetapkan pemerintah dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 4026/Kpts/OT.140/4/2013 . Keputusan ini diambil karena penyakit ini perlu pengendalian dan penanggulangan yang komprehensip disemua stekholder karena Avian Infulenza (AI/Flu Burung) dapat menyebabkan kerugian ekonomi  yang besar dengan ditandai tingginya kematian pada  unggas, mempengaruhi kesehatan manusia dan lingkungan, menimbulkan  keresahan masyarakat. Virus ini memiliki sub-tipe yang dibagi berdasarkan permukaannya yaitu Hemaglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA), yang terbagi menjadi 16 sub-tipe H dan 9 sub-tipe N. Adapun sifat dari virus Avian Influenza adalah dapat hemaglutinasi sel darah merah unggas, dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22ºC, lebih dari 30 hari pada suhu 0ºC, virus akan mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56°C selama 3 jam.

Avian Influenza H5N1 Clade 2.1 (2.1.3.2)

Avian Influenza/Flu burung  yang menyerang unggas pertama kali dilaporkan pada tahun 2003 dan sampai dengan saat ini telah menyebar di seluruh provinsi dengan strain H5N1 clade 2.1 dan tergolong HPAI (Highly  Patogenic  Avian  Influenza), sedangkan pada manusia dilaporkan pada tahun 2005.  Gejala klinis virus Avian Influenza HPAI pada ayam ditandai dengan ayam terlihat lesu, napsu makan menurun, kematian ayam yang cukup tinggi, kadang terlihat warna kebiruan pada pial, jengger, sekitar muka, dada, tungkai atau telapak kaki. Tingkat homologi (susunan asam amino) dari ayam tahun 2003 dan tahun 2006 antara isolat virus AI > 95%. Pada bulan September 2009 Ditjen Peternakan telah menerbitkan Surat Edaran (SE) dengan nomor  30099/PD.620/F/9/2009 yang menyebut 4 strain virus baru pengganti virus AI Legok dan 2 strain virus untuk uji tantang. Isolat virus tersebut adalah :

  • Virus sebagai candidat vaksin :
  1. A/chicken/Garut/BBVW-223/2007, dan
  2. A/chicken/West Java (Nagrak)/30/2007.
  • virus untuk uji tantang adalah :
  1. A/chiken/West Java-Subang/29/2007 atau dengan
  2. isolat virus A/chicken/West Java/SMI-PAT/2008

Avian Influenza H5N1 Clade 2.3 (2.3.2.1)

Akhir Tahun 2012 dunia perunggasan Indonesia di kejutkan dengan munculnya wabah Flu Burung yang menyerang peternakan bebek/itik di sejumlah daerah di Indonesia yang disebabkan oleh virus Avian Influenza H5N1 clade 2.3.2.1 atau yang populer dengan sebutan AI H5N1 clade 2.3. virus ini kemudian menyerang peternakan ayam yang tersebar disebagian besar  wilayah Indonesia yang diperkuat dengan hasil kajian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Besar Penelitian Veteriner (Bbalitvet) sehingga kementrian pertanian melalului Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan membuat surat edaran nomor : 06042/PD.610/F/12/2012 tentang Pengendalian Penyakit AI pada Itik
Reservoir alami utama dari virus influenza adalah burung pantai (liar maupun yang telah didomestikasi) dan unggas air   (SWAYNE dan HALVORSON). Gejala klinis pada unggas ini tidak terlihat, tetapi hewan tersebut mungkin mengeluarkan virus (shedding) melalui feses untuk jangka waktu yang lama dan unggas tersebut mungkin juga terinfeksi lebih dari satu subtipe serta sering tidak menunjukkan respon antibodi. Yang dianggap sebagai reservoar genetik dari semua virus Avian Influenza. adalah dari ordo Charadriiformes (burung pantai, camar) dan Anseriformes (bebek dan angsa).

Untuk pengendalian penyakit Avian Influnza/Flu burung H5N1 clade 2.3 maka pemerintah menetapkan virus yang dijadikan sebagai bahan vaksin adalah :

1.  A/DUCK/Sukoharjo/BBVW1463-9/2012 : Seed vaksin H5N1 clade 2.3 
2. A/DUCK/Sleman/BBVW 1463-10/2012 : Seed Tantang
Avian Influenza H9N2

Pada awal tahun 2017 dunia peternakan Indonesia dihebohkan dengan munculnya Avian Influenza/Flu burung dengan type yang berbeda dengan sebelumnya yaitu H9N2 yang termasuk golongan LPAI karena dari Hasil sekuensing bahwa virus ini memiliki 'mono basic amino acid'. Data filogenik menunjukkan bahwa HA-H9 dan NA-N2 homolog (98%) dengan virus H9N2 Vietnam (A/Muscovy duck/Vietnam/LBM719/2014) Gejala yang  muncul adalah dengan penurunan produksi telur bisa mencapai 20 - 40 persen atau bahkan bisa mencapai 60 persen dengan kematian ayam yang cukup rendah  kecuali diikuti dengan infeksi skunder. Kondisi saat ini, kasus Avian Influenza H9N2 sudah tersebar di banyak provinsi di Indonesia (Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Bali), rata-rata umur ayam yang terserang 36-60 minggu.

Menurut Kepala Sub Direktorat Pengawasan Obat Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Drh. Ni Made Ria Isriyanti, Ph.D, perbedaan antara HPAI dan LPAI bisa dilakukan secara biologis dimana HPAI merupakan infeksi sistemik, sedangkan infeksi LPAI terlokalisasi di organ tertentu. Infeksi virus H9N2 di lapangan, hasil PA yang signifikan adalah adanya perdarahan pada organ pernafasan dan pencernaan, ditambah dengan lesi seperti ‘brokoli’ pada ovarium ayam.

Pengalaman dari beberapa peternak apabila farm tersebut terserang virus AI H9N2 sebelum divaksinasi maka produksi telur biasanya tidak bisa mencapai puncak (fix Production), tetapi jika terserangnya setelah divaksinasi vaksin AI H9N2 produksi telur bisa mencapai puncak walaupun tidak maksimal, ini menunjukan bahwan vaksinasi H9N2 sangat diperlukan.

Hasil isolasi dan karakterisasi virus Avian Influenza

Data ini dibuat sesuai spesimen (isolat) yang berhasil diisolasi dan diuji karakterisasinya dan kami tidak mengklaim  data ini mengambarkan kasus Flu Burung yang terjadi di wilayah Indonesia
Pergeseran kasus Flu Burung
  • Tahun 2015 kasus AI didominasi dengan AI H5N1 clade 2.1
  • Tahun 2016 kasus AI didominasi dengan AI H5N1 clade 2.3
  • Tahun 2017 kasus AI didominasi dengan AI H9N2 
Untuk melengkapi wawasan tentang AI/Flu Burung silahkan baca juga artikel kami dibawah ini :
Sekiranya artikel ini bermanfaat silahkan untuk dishare ........terima kasih......

No comments:

Post a Comment